Sinopsis Hikayat Pelanduk jenaka Menundukkan Raja Gajah
( diambil dari Bunga Rampai Hikayat Lama, Sanusi Pane. Hal 30-39 )
Hikayat ini menceritakan tentang
Pelanduk jenaka yang bergelar Syekh Alim di rimba yang mengalahkan banyak raja
hewan, tetapi raja gajah belum mau tunduk kepadanya. Karena raja gajah itu
mencelanya, maka Syekh Alim di rimba pun berangkat ke tempat raja gajah.
Pada
suatu hari raja kera datang kepada raja
gajah dengan mebawa kabar, bahwa pelanduk jenaka yang bergelar Syekh Alim di
rimba ingin berperang dengan raja gajah. Saat itulah terdengar sorak sorai
pasukan yang suaranya menggelegar seakan membelah bumi. Ternyata suara itu
berasal raja-raja rimba dan segenap rakyatnya yang mengantar Syekh Alim di
rimba.
Pasukan
yang pertama adalah raja sengala yang bergelar Maharaja Santika, kemudian ada
raja kijang yang bergelar Maharaja Lawi Rangga, berikutnya pasukan raja badak
yang bergelar Maharaja Payuk, ada juga raja beruang yang bergelar Maharaja Sang
Guna, raja harimau yang bergelar Maharaja Syahmar dan Johan Pahlawan Perkasa
Agung Dan pasukan yang terakhir adalah raja kerbau yang bergelar Maharaja Rama
Pasut beserta rakyatnya yang banyak.
Lalu
tampaklah Syekh Alim di rimba naik diatas seladang.yang dikawal oleh
raja-raja singa, di sebelah kanan
bergelar Rambu, sebelah kiri bergelar Jipan yang dibelakang Syekh Alim bergelar
Janggi
Akhirnya Raja gajah dan Syekh Alim berhadap-hadapan
untuk bertarung dan adu kesaktian. Syekh Alim meminta agar siapa yang menang
dan yang kalah agar tidak lagi saling mendengki. Syekh Alim juga berkata dalam
pertarungan adu kaki ini siapa yang berteriak duluan daialah yang kalah. Syekh
Alim meminta kepada seluruh isi rimba untuk menjadi saksi pertarungan ini.
Kemudian
pertarungan segera dimulai, Syekh Alim meminta raja gajah untuk menyerang
kakinya terlebih dahulu. Raja gajah
merasa dirinya pasti menang, dia berguman dalam hati kaki si pelanduk terlalu
kecil, seribu kaki pelanduk digabungpun masih kalah dengan kaki gajah. Namun
dalam 3 kali serangan kaki Syekh Alim tidak patah. Karena ternyata tanpa
sepengetahuan gajah dan seluruh isi rimba dengan cerdiknya kaki Syekh Alim
disembunyikan dibalik batu. Kini giliran Syekh Alim yang menyerang kaki raja gajah,
segera ditikam kuku raja gajah dengan kukunya yang tajam sehingga raja gajah
berteriak kesakitan.
Akhirnya
raja gajah mengakui keunggulan Syekh Alim dan minta maaf kepada Syekh Alim dan
seluruh isi rimba. Lalu Syekh Alim dan seluruh pasukannya kembali dengan mebawa
kemenangan, sesungguhnya Syekh Alim memperoleh kekuatan dari Baginda Raja Ali
dan Amir Hamzah radiallahu’anhu.
·
Amanat
yang didapat dari hikayat ini:
Menjadi seseorang yang
kritis mengenai sesuatu
Ketika
raja Gajah berbicara hal-hal yang negatif tentang nama gelar raja – raja rimba
lainnya, datang seseorang bernama Tuan Syekh Alim. Dia
berbicara dengan raja Gajah mengenai cara raja Gajah berbicara tentang nama
gelar raja – raja di hutan rimba. Tuan Syekh Alim berkata “Hai raja gajah,
adapun hamba datang ini kepada tuan hamba hendak memeriksa salah dan benar
hamba, jika hamba salah kepada raja, niscaya tampaklah dan jika benar kepada
raja gajah tampaklah kebenaran hamba. Apakah kesalahan hamba maka raja gajah
mengata-ngatai yang keji-keji itu?". Berbicara mengenai itu, raja Gajah
pun bertanya kepada Tuan Syekh Alim mengenai kedatangannya menemui raja Gajah,
Tuan Syekh Alim bertanya “Hai raja gajah yang pahlawan lagi gagah perkasa,
adapun maksud hamba datang kemari ini, hendak bertanya kepada tuan hamba,
karena tuan hamba mengata-ngatai hamba dengan kata-kata yang keji-keji. Apakah
dosa hamba kepada tuan hamba, maka hamba dikatai demikian?", lalu raja
Gajah pun ditantang dan akhirnya kalah. Dengan berpikir kritis, kita dapat
mampu mengubah jalan pikir kita untuk menemukan solusi atas suatu terjadinya
kejadian.
Rakyat kecil pun dapat
berbuat seperti raja, asal mempergunakan akal mereka.
Rakyat
kecil dapat berbuat seperti raja apabila menggunakan akal mereka, di hikayat
ini, diberikan pesan bahwa kita tidak harus sepenuhnya menaati perintah maupun
intruksi dari seseorang yang lebih diatas kita, tetapi dengan memanfaatkan
kecerdikan kita untuk berpikir mengenai perintah maupun perilaku mereka. Tuan
Syekh Alim menggunakan kecerdikannya dengan menjebak raja Gajah untuk membuat
kesepakatan, Tuan Syekh Alim mengetahui bahwa hanya kekuatan fisik raja Gajah
saja yang besar sedangkan kekuatan batinnya tidak. Lalu Tuan Syekh Alim menantang raja Gajah
dengan berkata “ Hai raja gajah, marilah kita berbenteh di sini”.
Mendengar ajakan itu, maka raja Gajah
pun pikir di dalam hatinya, "Tuan Syekh Alim di rimba itu hendak
melawan aku berbenteh karena aku lihat kakinya itu terlalu kecil, jikalau
seribu sekalipun kakinya itu berhimpun tiadalah sama dengan kakiku besarnya dan
tubuhnya pun kecil; tiadalah aku takut melawan; dengan sekali benteh aku pun
remuklah tulangnya itu." Akhirnya raja Gajah kalah melawan kecerdikan Tuan
Syekh Alim
Jangan berani meremehkan yang tampaknya kecil
dan tak berdaya
Jangan meremehkan yang kecil dan lemah karena di hikayat ini
seorang gajah bisa dikalahkan oleh kancil yang cerdik dan si gajah sudah merasa
jika dirinya yang pasti menang ketika berbenteh dengan si kancil,bukti jika
sang gajah meremehkan kancil: Setelah didengar oleh isi rimba sekalian raja
gajah itu telah sampai serta berhadapan dengan Tuan Syekh Alim di rimba itu,
maka berkatalah Tuan Syekh Alim di rimba kepada raja gajah sedang ia lagi di
dalam kahamya, "Hai raja gajah, adapun hamba datang ini kepada tuan hamba
hendak memeriksa salah dan benar hamba, jika hamba salah kepada raja, niscaya
tampaklah dan jika benar kepada raja gajah tampaklah kebenaran hamba. Apakah
kesalahan hamba maka raja gajah mengata-ngatai yang keji-keji itu?" rakyat
kecil Setelah didengar oleh raja gajah itu, maka ia pun berkata kepada Tuan
Syekh Alim di rimba, katanya, "Tiadalah patut sekali-kali hamba dahulu,
karena engkau kecil daripadaku."
Keterangan:
1. Lawi
= bulu yang panjang dan melengkung, isang; rangga = tanduk rusa, balung
3. Menantu
Nahi Muhammad terkenal sakti dalam cerita-cerita segolongan Muslimin
4. Asalnya:
Parasyurama, Rama yang berkapak, dan cerita Hindu: penjelmaan Wsynu sebelum
Rama (dari Ramayana. Lihat "Sri Rama mencari Sita Dewi") Raja kerbau
disebut Rama Pasut oleh pelanduk jenaka karena bertanduk
5. Nama
bagi tenuk (babi gajah).
6. Lihat
"Amir Hamzah berperang dengan Landahur".
7. Bedaya.
Sekarang biasanya: Menanggung kesakitan, kesengsaraan dan sebagainya derita
kata Sangsekerta yang akarnya berarti: menahan.
8. Alat
penghalau gajah atau perbendaharaan; kosa jenaka ialah nama tempat pelanduk
jenaka; disebut juga pongsu jataka (pongsu atau pusu artinya bukit kecil, lebih
besar busut; jataka artinya kelahiran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar