Sabtu, 28 Mei 2016

Hikayat Pelanduk Jenaka Menundukkan Raja Gajah


Sinopsis Hikayat Pelanduk jenaka Menundukkan Raja Gajah

( diambil dari Bunga Rampai Hikayat Lama, Sanusi Pane. Hal 30-39 )

            Hikayat ini menceritakan tentang Pelanduk jenaka yang bergelar Syekh Alim di rimba yang mengalahkan banyak raja hewan, tetapi raja gajah belum mau tunduk kepadanya. Karena raja gajah itu mencelanya, maka Syekh Alim di rimba pun berangkat ke tempat raja gajah.
Pada suatu hari raja kera  datang kepada raja gajah dengan mebawa kabar, bahwa pelanduk jenaka yang bergelar Syekh Alim di rimba ingin berperang dengan raja gajah. Saat itulah terdengar sorak sorai pasukan yang suaranya menggelegar seakan membelah bumi. Ternyata suara itu berasal raja-raja rimba dan segenap rakyatnya yang mengantar Syekh Alim di rimba.
Pasukan yang pertama adalah raja sengala yang bergelar Maharaja Santika, kemudian ada raja kijang yang bergelar Maharaja Lawi Rangga, berikutnya pasukan raja badak yang bergelar Maharaja Payuk, ada juga raja beruang yang bergelar Maharaja Sang Guna, raja harimau yang bergelar Maharaja Syahmar dan Johan Pahlawan Perkasa Agung Dan pasukan yang terakhir adalah raja kerbau yang bergelar Maharaja Rama Pasut beserta rakyatnya yang banyak.
Lalu tampaklah Syekh Alim di rimba naik diatas seladang.yang dikawal oleh raja-raja  singa, di sebelah kanan bergelar Rambu, sebelah kiri bergelar Jipan yang dibelakang Syekh Alim bergelar Janggi
Akhirnya  Raja gajah dan Syekh Alim berhadap-hadapan untuk bertarung dan adu kesaktian. Syekh Alim meminta agar siapa yang menang dan yang kalah agar tidak lagi saling mendengki. Syekh Alim juga berkata dalam pertarungan adu kaki ini siapa yang berteriak duluan daialah yang kalah. Syekh Alim meminta kepada seluruh isi rimba untuk menjadi saksi pertarungan ini.
Kemudian pertarungan segera dimulai, Syekh Alim meminta raja gajah untuk menyerang kakinya terlebih dahulu.  Raja gajah merasa dirinya pasti menang, dia berguman dalam hati kaki si pelanduk terlalu kecil, seribu kaki pelanduk digabungpun masih kalah dengan kaki gajah. Namun dalam 3 kali serangan kaki Syekh Alim tidak patah. Karena ternyata tanpa sepengetahuan gajah dan seluruh isi rimba dengan cerdiknya kaki Syekh Alim disembunyikan dibalik batu. Kini giliran Syekh Alim yang menyerang kaki raja gajah, segera ditikam kuku raja gajah dengan kukunya yang tajam sehingga raja gajah berteriak kesakitan.
Akhirnya raja gajah mengakui keunggulan Syekh Alim dan minta maaf kepada Syekh Alim dan seluruh isi rimba. Lalu Syekh Alim dan seluruh pasukannya kembali dengan mebawa kemenangan, sesungguhnya Syekh Alim memperoleh kekuatan dari Baginda Raja Ali dan Amir Hamzah radiallahu’anhu.


·         Amanat yang didapat dari hikayat ini:
Menjadi seseorang yang kritis mengenai sesuatu
            Ketika raja Gajah berbicara hal-hal yang negatif tentang nama gelar raja – raja rimba lainnya, datang seseorang bernama Tuan Syekh Alim. Dia berbicara dengan raja Gajah mengenai cara raja Gajah berbicara tentang nama gelar raja – raja di hutan rimba. Tuan Syekh Alim berkata “Hai raja gajah, adapun hamba datang ini kepada tuan hamba hendak memeriksa salah dan benar hamba, jika hamba salah kepada raja, niscaya tampaklah dan jika benar kepada raja gajah tampaklah kebenaran hamba. Apakah kesalahan hamba maka raja gajah mengata-ngatai yang keji-keji itu?". Berbicara mengenai itu, raja Gajah pun bertanya kepada Tuan Syekh Alim mengenai kedatangannya menemui raja Gajah, Tuan Syekh Alim bertanya “Hai raja gajah yang pahlawan lagi gagah perkasa, adapun maksud hamba datang kemari ini, hendak bertanya kepada tuan hamba, karena tuan hamba mengata-ngatai hamba dengan kata-kata yang keji-keji. Apakah dosa hamba kepada tuan hamba, maka hamba dikatai demikian?", lalu raja Gajah pun ditantang dan akhirnya kalah. Dengan berpikir kritis, kita dapat mampu mengubah jalan pikir kita untuk menemukan solusi atas suatu terjadinya kejadian.
Rakyat kecil pun dapat berbuat seperti raja, asal mempergunakan akal mereka.
            Rakyat kecil dapat berbuat seperti raja apabila menggunakan akal mereka, di hikayat ini, diberikan pesan bahwa kita tidak harus sepenuhnya menaati perintah maupun intruksi dari seseorang yang lebih diatas kita, tetapi dengan memanfaatkan kecerdikan kita untuk berpikir mengenai perintah maupun perilaku mereka. Tuan Syekh Alim menggunakan kecerdikannya dengan menjebak raja Gajah untuk membuat kesepakatan, Tuan Syekh Alim mengetahui bahwa hanya kekuatan fisik raja Gajah saja yang besar sedangkan kekuatan batinnya tidak.  Lalu Tuan Syekh Alim menantang raja Gajah dengan berkata “ Hai raja gajah, marilah kita berbenteh di sini”. Mendengar ajakan itu, maka raja Gajah  pun pikir di dalam hatinya, "Tuan Syekh Alim di rimba itu hendak melawan aku berbenteh karena aku lihat kakinya itu terlalu kecil, jikalau seribu sekalipun kakinya itu berhimpun tiadalah sama dengan kakiku besarnya dan tubuhnya pun kecil; tiadalah aku takut melawan; dengan sekali benteh aku pun remuklah tulangnya itu." Akhirnya raja Gajah kalah melawan kecerdikan Tuan Syekh Alim
Jangan berani meremehkan yang tampaknya kecil dan tak berdaya
            Jangan meremehkan yang kecil dan lemah karena di hikayat ini seorang gajah bisa dikalahkan oleh kancil yang cerdik dan si gajah sudah merasa jika dirinya yang pasti menang ketika berbenteh dengan si kancil,bukti jika sang gajah meremehkan kancil: Setelah didengar oleh isi rimba sekalian raja gajah itu telah sampai serta berhadapan dengan Tuan Syekh Alim di rimba itu, maka berkatalah Tuan Syekh Alim di rimba kepada raja gajah sedang ia lagi di dalam kahamya, "Hai raja gajah, adapun hamba datang ini kepada tuan hamba hendak memeriksa salah dan benar hamba, jika hamba salah kepada raja, niscaya tampaklah dan jika benar kepada raja gajah tampaklah kebenaran hamba. Apakah kesalahan hamba maka raja gajah mengata-ngatai yang keji-keji itu?" rakyat kecil Setelah didengar oleh raja gajah itu, maka ia pun berkata kepada Tuan Syekh Alim di rimba, katanya, "Tiadalah patut sekali-kali hamba dahulu, karena engkau kecil daripadaku."
           

Keterangan:
1.         Lawi = bulu yang panjang dan melengkung, isang; rangga = tanduk rusa, balung
3.         Menantu Nahi Muhammad terkenal sakti dalam cerita-cerita segolongan Muslimin
4.         Asalnya: Parasyurama, Rama yang berkapak, dan cerita Hindu: penjelmaan Wsynu sebelum Rama (dari Ramayana. Lihat "Sri Rama mencari Sita Dewi") Raja kerbau disebut Rama Pasut oleh pelanduk jenaka karena bertanduk
5.         Nama bagi tenuk (babi gajah).
6.         Lihat "Amir Hamzah berperang dengan Landahur".
7.         Bedaya. Sekarang biasanya: Menanggung kesakitan, kesengsaraan dan sebagainya derita kata Sangsekerta yang akarnya berarti: menahan.
8.         Alat penghalau gajah atau perbendaharaan; kosa jenaka ialah nama tempat pelanduk jenaka; disebut juga pongsu jataka (pongsu atau pusu artinya bukit kecil, lebih besar busut; jataka artinya kelahiran)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar